Telahmenceritakan kepadaku dari Malik dari Abdurrahman bin Harmalah Al Aslam dari Sa'id bin Musayyab, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
Kultumhari ke-4 dengan Tema ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa menurut Al-Quran. Bertempat di Masjid Asy-Syifa Kantor Kemenag Kota Tangerang Jl. Arsyad mengatakan bahwa tujuan berpuasa sesuai dengan Surat 2 Ayat 183 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.
SebagaimanaRasulullah SAW bersabda: خير الناس انفعهم للناس. Artinya: "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.." [1] Menjadi manusia yang bermanfaat tentu adalah ciri khoirunnas, yakni manusia terbaik. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencapai derajat itu. Sebab Rasulullah telah
BANDUNG- Ridwan Kamil membacakan pidato terakhirnya untuk Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril di pemakaman Cimaung Bandung. Berikut pidato lengkap Ridwan Kamil untuk Eril yang sangat menyentuh. Ridwan Kamil membacakan pidato perpisahan kepada Eril usai proses pemakaman Eril di Cimaung, Bandung, Jawa Barat, Senin siang (13/6/2022).
Untukmenyucikan dunia dan hati manusia, kita perlu menghimpun orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Hal ini bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Saat ini, misi pendidikan, misi budaya humanis, dan misi amal telah menebarkan kekuatan cinta kasih untuk membawa energi keharmonisan sehingga semua orang di dunia dapat hidup rukun.
Makadari itu, kondisi hati setiap waktunya sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk menjaga hati ini dari hal-hal yang bisa merusaknya. Berikut lima perkara perusak hati menurut Al Imam Ibnul Qayyim Rohimahullah Ta'ala. 1. Terlalu banyak berkumpul dengan manusia.
. By Selasa, 07 Januari 2020 pukul 241 pmTerakhir diperbaharui Selasa, 07 Januari 2020 pukul 241 pmTautan Berdzikir Adalah Kehidupan Untuk Hati Manusia adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad Al-Badr pada 19 Rabbi’ul Tsani 1441 H / 16 Desember 2019 M. Pembahasan halaman 238 pada kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid. Penerjemah Ustadz Iqbal Gunawan, Download mp3 kajian sebelumnya Doa Yang Dibaca Setiap Hari dan Keutamaan Bertasbih Kajian Islam Ilmiah Tentang Berdzikir Adalah Kehidupan Untuk Hati Manusia Sahabat Abu Musa Al-Asy’ari Rahimaullah meriwayatkan bahwasannya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ الله وَالَّذِي لَا يَذْكُرُهُ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ “Perumpamaan orang yang berdzikir mengingat Allah dan orang yang tidak berdzikir seperti orang hidup dan orang mati.” HR. Bukhari dan Muslim Penjelasan Syaikh Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad Al-Badr Dalam hadits ini disebutkan keutamaan berdzikir, keutamaan selalu menjaga ibadah ini dan keutamaan untuk terus menerus berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Dan bahwasannya berdzikir ini adalah kehidupan untuk hati-hati manusia. Dan semakin banyak seorang hamba berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka akan semakin baik kualitas kehidupan hatinya. Oleh karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah pernah mengatakan الذكر للقلب مثل الماء للسمك، فكيف يكون حال السمك إذا فارق الماء “Kebutuhan hati untuk berdzikir seperti kebutuhan ikan kepada air, bagaimana kondisi ikan apabila dipisahkan dari air?” Maka hidupnya hati yang mana tidaklah hati diciptakan kecuali untuk menegakkan dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk mentauhidkan Allah, mengagungkan Allah Azza wa Jalla. Ini adalah hakikat kehidupan yang sebenarnya untuk hati seorang hamba. Dan hadits ini tertera dengan dua lafadz, salah satu diantaranya مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ الله وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir kepada Allah seperti perumpamaan orang yang hidup dan orang yang mati.” HR. Bukhari Adapun lafadz yang lain مثل البيت الذي يذكر الله فيه، والبيت الذي لا يذكر الله فيه، مثل الحي والميت “Perumpamaan rumah yang dibacakan di dalamnya dzikir kepada Allah dan rumah yang tidak dibacakan di dalamnya dzikir kepada Allah seperti orang mati dan orang hidup.” HR. Muslim Dan dua lafadz ini memberikan faedah bahwasanya dzikir ini sangat penting sekali untuk dilakukan di rumah-rumah kita. Dan rumah-rumah orang yang tidak berdzikir kepada Allah, maka rumah-rumah mereka seperti kuburan. Dan orang yang tidak berdzikir kepada Allah di rumahnya, seakan-akan rumahnya itu seperti kuburan. Dan hati yang tidak berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dadanya seperti kuburan untuk hatinya. Berkata Ibnul Qayyim Rahimahullah فجعل بيت الذاكر بمنزلة بيت الحي، و بيت الغافل بمنزلة بيت الميت، وهو القبر “Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadikan rumah orang yang berdzikir kedudukannya seperti rumah orang yang hidup, adapun rumah orang yang lalai dari berdzikir maka kedudukannya seperti rumah orang yang sudah mati atau kuburan.” Dalam lafadz yang pertama, dijadikan orang yang berdzikir seperti orang yang hidup dan orang yang lalai dari berdzikir seperti orang yang mati. Maka dua lafadz ini mengandung makna bahwasanya hati orang yang berdzikir seperti orang yang hidup di rumah orang-orang yang hidup. Adapun orang yang lalai dari berdzikir seperti orang yang mati di rumah orang-orang mati, yaitu kuburan. Dan tentu saja tidak diragukan lagi jasad orang-orang yang lalai adalah kuburan untuk hati-hati mereka. Dan hati-hati mereka di dalam badan mereka seperti hati-hati yang mati. Maka kesimpulannya, seorang hamba seyogyanya selalu bersemangat untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan memperbanyak dzikir kepada Allah Azza wa Jalla sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam FirmanNya يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّـهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ﴿٤٢﴾ “Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak dan bertasbihlah di waktu pagi dan di waktu sore.” QS. Al-Ahzab[33] 41-42 Juga firman Allah Azza wa Jalla وَالذَّاكِرِينَ اللَّـهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّـهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا ﴿٣٥﴾ “Dan laki-laki yang banyak berzikir kepada Allah juga perempuan, Allah menyiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang agung.” QS. Al-Ahzab[33] 35 Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Berdzikir Adalah Kehidupan Untuk Hati Manusia Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Jangan lupa untuk turut menyebarkan link download kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum.. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook
Tulisan tentang “Cara Menghilangkan Sakit Hati” ini adalah catatan faedah dari ceramah singkat yang dibawakan oleh Ustadz Ammi Baits Hafidzahullahu Ta’ala. Transkrip Ceramah Singkat Tentang Cara Menghilangkan Sakit HatiCara mengobati sakit hati1. Menjaga kekuatan hati2. Perlindungan dari sumber penyakit yang baru3. Membersihkan dari unsur-unsur yang membuat hati sakitVideo Ceramah Singkat Cara Menghilangkan Sakit Hati Transkrip Ceramah Singkat Tentang Cara Menghilangkan Sakit Hati Pemirsa yang berbahagia, tentu saja ita pernah sakit dan pernah berobat ke dokter. Kira-kira kalau kita perhatikan dokter akan memberikan tiga saran/tahapan untuk mengobati sakit yang kita derita. Saya gambarkan di sini ada sebuah segitiga, sebut saja segitiga kesehatan. Dokter ketika mengobati kita, saran pertama yang akan diberikan adalah menjaga kesehatan/kekuatan fisik. Dokter akan sarankan banyak istirahat, jangan banyak pikiran, makan-makanan yang bergizi, dan kadang tidak lupa dokter memberikan kita multivitamin. Kemudian tahapan yang ke-2, dokter akan menyarankan kita beberapa pantangan. Sakit seperti ini tidak boleh makan A, tidak boleh makan B, tidak boleh melakukan aktivitas seperti ini dan seterusnya. Kemudian tahapan yang ketiga barulah dokter memberikan obat untuk sakit yang kita derita. Dokter akan memberikan antibiotik atau anti radang atau anti-anti yang lain dalam rangka mengurangi penyakit yang ada dalam diri kita. Baik, Imam Ibnu Qayyim dalam kitabnya Ighatsatul Lahfan Arab ﺇﻏﺎﺛﺔ ﺍﻟﻠﻬﻔﺎﻥ, beliau menyebutkan sebenarnya tiga hal ini adalah teori yang berlaku untuk mengobati hati. Hati kita yang sedang sakit, kita bisa terapi, kita bisa usaha untuk mengobatinya dengan tiga cara yang tadi diterapkan dalam masalah kesehatan fisik. Cara mengobati sakit hati Kata Ibnul Qayyim, cara yang pertama ketika orang mengalami sakit hati kemudian dia ingin menyembuhkannya adalah 1. Menjaga kekuatan hati Menjaga kekuatan hati diistilahkan oleh Ibnul Qayyim dengan ﺣﻔﻆ ﺍﻟﻘﻮﺓ. Bagaimana bentuknya menjaga kekuatan hati? Kata Ibnul Qayyim bentuknya adalah dengan beriman kepada Allah, banyak melakukan ketaatan, mendekatkan diri kepada Allah, atau secara umum semua bentuk ibadah itu akan menjadi ﺣﻔﻆ ﺍﻟﻘﻮﺓ penjaga kekuatan bagi hati manusia. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati wahyu, mensifati apa yang diturunkan kepada NabiNya sebagai sumber kehidupan bagi hati. Karena itu, bagian yang terpenting agar orang bisa memiliki ﺣﻔﻆ ﺍﻟﻘﻮﺓ penjagaan kekuatan bagi hati adalah dengan banyak belajar, memahami dzikrullah peringatan yang Allah turunkan. Allah Ta’ala berfirman وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا “Demikianlah Kami turunkan kepadamu ruh dari ketetapan Kami yaitu wahyu Al-Qur’an…” Kita lihat, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut wahyu dengan ruh. Karena wahyu adalah sumber kehidupan bagi hati manusia. Maka kita mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah, kemudian berusaha mengamalkannya, itu adalah sumber kekuatan bagi hati manusia. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut bahwa wahyu juga merupakan “Nur” وَلَٰكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا “Dan Aku jadikan wahyu ini sebagai cahaya, karena dia menjadi sumber kekuatan bagi hati yang dengan itu Aku beri petunjuk siapa saja di antara hambaKu yang Aku kehendaki.” QS. Asy-Syura[42] 52 Karena itu pemirsa yang berbahagia, dengan kita banyak belajar dan kemudian berusaha mengamalkannya, memiliki ilmu yang nafi’ bermanfaat, sejatinya kita sedang menjaga kekuatan bagi hati. 2. Perlindungan dari sumber penyakit yang baru Sebagaimana dalam penyakit fisik kita disarankan oleh dokter untuk menghindari segala bentuk pantangan, segala bentuk yang bisa memperparah sakit yang ada dalam diri kita, maka kata Ibnul Qayyim demikian pula bagi orang yang sakit hati. Orang yang hatinya sedang sakit harus menghindari pantangan yang bisa menyebabkan penyakit hatinya semakin parah. Ini yang diistilahkan oleh Ibnul Qayyim dengan الحمية من الامراض الجديدة perlindungan dari sumber penyakit yang baru. Hati yang sudah sakit, maka jangan diperparah dengan adanya penyakit yang baru. Apa yang dimaksud perlindungan dari sakit yang baru? Penyakit bagi hati manusia sumbernya adalah semua perbuatan dosa dan maksiat serta penyimpangan yang dilakukan oleh manusia. Ketika kita melakukan berbagai macam maksiat -baik yang besar maupun yang kecil, baik dosanya tersembunyi maupun terang-terangan- semua itu adalah sumber penyakit bagi hati. Karena itu kata Ibnul Qayyim bahwa cara untuk kemudian menghindari adanya penyakit yang baru adalah kita melepaskan diri dari segala bentu maksiat/dosa dan jangan melakukan dosa yang baru. Karena hal semacam ini akan memperparah sakit hati dalam diri kita. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menggambarkan dosa yang dilakukan oleh manusia itu ibarat sebuah titik yang ada dalam hati manusia. Kata beliau إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ “Apabila seorang hamba melakukan satu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya satu titik hitam.” فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ “Apabila dia memohon ampun, bertaubat, maka hatinya akan dibersihkan.” وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ “Namun kalau dia kembali mengulangi maksiat yang dia lakukan akan ditambahkan titik hitam yang lain sampai titik hitam ini menutupi seluruh permukaan hatinya.” HR. Tirmidzi Ketika seluruh permukaan hatinya sudah ditutupi dengan titik hitam, maka akan sangat sulit ada tembusan hidayah yang bisa menyentuh hatinya. Karena titik hitam ini akan menghalangi dirinya untuk mendapatkan petunjuk yang baru dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. 3. Membersihkan dari unsur-unsur yang membuat hati sakit Dokter menyarankan ketika orang sakit dengan memberikan obat untuk menghilangkan penyakitnya. Dan kata Ibnul Qayyim bahwa dalam penyakit hati juga demikian. Orang bisa menghilangkan penyakit hatinya dengan افتفراع عن المواد المؤذي membersihkan hati dari semua unsur-unsur yang membuat hati itu sakit. Bagaimana bentuknya? Dijelaskan oleh Ibnul Qayyim bahwa bentuknya adalah dengan bertaubat, beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dengan seseorang bertaubat dan beristighfar, maka hatinya akan dibersihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits riwayat Ibnu Majah, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنَبَ لَهُ “Orang yang bertaubat dari dosa itu sebagaimana orang yang tidak memiliki dosa.” HR. Ibnu Majah Artinya dosanya dibersihkan. Inilah tiga hal yang disarankan oleh Ibnul Qayyim tentang bagaimana cara yang sangat efektif untuk memiliki hati yang sehat. Ketika seseorang hatinya dalam kondisi sakit disebabkan banyak maksiat, banyak bergaul dengan lingkungan luar yang belum tentu sesuai dengan syariat, Ibnul Qayyim menyebutkan tiga prinsip ini agar kita bisa memiliki hati yang sehat. Sumber video Yufid TV Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Cara Menghilangkan Sakit Hati” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Ceramah di Bulan Ramadhan. Foto dok. yang berisi nasehat agama menjadi salah satu hal yang paling sering diperdengarkan untuk meningkatkan keimanan, khususnya di bulan Ramadhan. Berikut ini adalah contoh materi ceramah Ramadhan yang menyentuh hati yang dapat Anda pahami dan resapi untuk meningkatkan keimanan Ceramah Ramadhan yang Menyentuh Hati Tentang Hikmah KetakwaanMeningkatkan amalan berpahala di bulan Ramadhan menjadi kegiatan yang banyak dilakukan umat Islam. Bagaimana tidak, bulan Ramadhan ini sendiri merupakan bulan yang penuh dengan limpahan rahmat dan ampunan. Hal ini tentunya membuat banyak umat Islam berlomba-lomba untuk memperbanyak kegiatan yang berpahala dan bermanfaat, salah satunya adalah mendengarkan ceramah. Berikut ini salah satu materi ceramah Ramadhan yang menyentuh hati tentang ketakwaan yang dikutip dari buku berjudul Menutur Agama Dari Atas Mimbar yang disusun oleh Sehat Sultoni Dalimunthe 201710-13Ayat Alquran yang membicarakan puasa Ramadhan pada al-Baqarah/2 183-187, ada tiga kata “la’alla” yang sering dijadikan oleh banyak penutur agama sebagai kunci untuk mengatakan tujuan dari puasa Ramadhan. Pertama, “la’allakum tattaqûn” agar kalian bertakwa. Kedua, la’allakum tasykurun agar kalian bersyukur”. Terakhir, “la’allakuhum yarsyudun” agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Yang pertama, yaitu “la’allakum tattaqûn” dinilai lebih sentral dan pada setiap khutbah Jum’at, pesan tersebut menjadi ayat-ayat Alquran menurut Quraish Shihab tidak pernah selesai, selalu dinamis. Hari ini takwa kita baca, esok lusa kita baca lagi, maknanya bisa berkembang dan bahkan berubah. Dalam konteks inilah, dirasa masih tetap perlu membicarakan tema takwa. Ketakwaan sering dihubungkan dengan surga. Disebutkan, orang bertakwa itu masuk surga, surga itu dipersiapkan untuk orang bertakwa, terdapat dalam Ali Imrān/3 133, al-Ra’d/1335, al Furqān/2515, dan Muḥammad/4715. Surga diwariskan untuk orang bertakwa terdapat dalam Maryam/19 63. Surga didekatkan kepada orang bertakwa, terdapat dalam asy-Syu’arā26 90, Qaf/5031. Orang bertakwa dibawa masuk ke dalam surga, terdapat dalam al-Zumar/39 73. Hanya sekali surga disebutkan dipersiapkan untuk orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya, dalam al-Ḥadīd/5721. Secara khusus dalam al Mu’minūn/2311, disebutkan bahwa orang-orang beriman al mu’minun sebagai pewaris surga firdaus. Nurcholish Madjid menyimpulkan inti takwa dari al Ḥadīd/57 ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌArtinya “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Inti takwa itu menurut Cak Nur kalimat dalam ayat di atas, وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ Allahَ bersamamu dimanapun kamu berada. Selanjutnya ia berkata bahwa maknanya “kesadaran yang sangat mendalam bahwa Allah selalu hadir dalam hidup kita” omnipresent. Takwa ialah kalau kita mengerjakan segala sesuatu, kita kerjakan dengan kesadaran penuh bahwa Allah beserta kita, Allah menyertai kita, Allah mengawasi kita dan Allah memperhitungkan perbuatan Hamba yang Bertaqwa. Foto dok. lanjut lagi Nurcholish Madjid mengatakan bahwa takwa menghasilkan tindakan yang ikhlas, tulus, dan tanpa pamrih. Dengan takwa juga, berbuat baik bukan karena takut sama orang. Meninggalkan perbuatan jahat juga bukan karena pengawasan orang, tetapi karena dinamika yang tumbuh dalam diri sebagai akibat dari takwa. Disini dapat dipahami bahwa takwa adalah sebab yang melahirkan akibat-akibat kebaikan yang berkualitas paripurna dalam berislam dan beriman. Takwa adalah potensi yang bisa mengaktualkan kebaikan-kebaikan yang ikhlas tingkat tinggi dalam menjalani hidup secara vertikal dan saja buah atau hasil yang dilahirkan dari takwa? Pertama, orang-orang yang bertakwa dalam pengertian al-muttaqûn bukan al-ladzîna attaqaû, adalah orang-orang yang senantiasa berbahagia dan bergembira karena kesadaran mendalam atas kehadiran Allah Yang Maha Sempurna dalam dirinya. Tidak pernah ada masalah dalam dirinya yang tidak bisa diselesaikan oleh yang menyertainya Allah Maha Segalanya. Kebahagiaan dan kesengsaraan, yang silih berganti datang dalam diri kita membuktikan derajat ketakwaan itu. Pada saat berbahagia dan bergembira, menunjukkan bahwa derajat takwa kita sedang baik. Perasaan diri atas kesengsaraan dan kesedihan sebagai bukti bahwa kita sedang keluar dari ketakwaan karena akibat sedang hilangnya kesadaran yang mendalam atas kehadiran Yang Maha al-muttaqûn adalah orang-orang yang “malu tidak berbuat baik”, karena ia sadar bahwa Yang Maha Mulia, Yang Maha Mengetahui apa yang lahir dan batin. Ia sadar secara mendalam bahwa kehadiran Yang Maha Sempurna dalam dirinya sangat menguntungkan dan tidak berhasrat untuk berpisah denganNya. Untuk itulah, ia senantiasa berusaha untuk melakukan amalan amalan sunat sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Kegemaran yang ikhlas untuk berbuat baik di luar yang nyata diwajibakan oleh Allah adalah gambaran manusia seperti ini. Dalam hal ini, orang orang yang berzakat dan berinfak karena sesuatu yang wajib tidak lah istimewa, tetapi kita patut iri kepada sekelompok manusia yang selain gemar berzakat dan berinfak, ia juga gemar bersedekah dan berwakaf yang ikhlas dalam penilaian Allah. Kita patut bangga melihat sekelompok manusia, yang dengan cinta, memperbanyak shalat-shalat sunat. Kita wajar mengacungkan jempol, untuk sekelompok orang yang berjihad melakukan puasa-puasa sunat. Kita patut hormat kepada sekelompok orang yang cinta mendermakan pikiran, tenaga, dan bahkan jiwa mereka untuk berbagai kebaikan. Intervensi rasio kita dalam berbuat baik yang tidak diwajibkan oleh Allah dalam pengertian fiqh sebagai bukti tidak begitu tingginya kualitas ketakwaan kita. Hal ini juga mendukung kedudukan kita manusia al-ladzîna ittaqaû. Bertakwa itu adalah dengan hati yang selalu benar, bukan dengan hati yang bermata dua positif dan negative. Dalam tasauf menurut al Qusyairi, untuk berhubungan dengan Tuhan menggunakan komponen qalb, rûh, dan al-muttaqûn yang malu “tidak berbuat baik” dalam maqamnya yang sempuna adalah senang dan hobbi berbuat baik. Senang dan hobbi seringkali dapat dilihat tidak mempersoalkan untung rugi materil. Bukan maksud menjustifikasi hobbi memacing, bagi mereka memancing sebagai kesenangan dan hobbi, dapat tidaknya ikan bisa saja nomor urut sekian. Adakalanya pada diri kita saja, kita tidak berbuat baik, di antara buktinya kata Komaruddin Hidayat, di kala muda, orang bisa menghambur-hamburkan uang walaupun akibatnya mendatangkan penyakit. Makan-minum sesukanya, hingga penyakit mendampinginya. Ketika tua, terbalik, banyak orang menghambur-hamburkan uang untuk mendapatkan kesehatan, mereka rela menghabiskan semua hartanya dan bahkan berutang untuk dapat sehat kembali. Senang berbuat baik pada diri sendiri termasuk menjaga kesehatan umum, kesan saya semua ibadah yang diwajibkan oleh Allah selalu ada hubungannya dengan kesehatan jasmani dan sekaligus kesehatan rohani. Salah satu kesehatan rohani itu adalah kesehatan akal. Nikotin rokok ternyata dapat merusak sel-sel otak. Setiap kali merokok, maka akan ada sel otak yang mati. Sel otak yang miliyaran itu lama kelamaan akan berkurang dengan mengkonsumsi rokok dan juga alkohol. Maka bagi kita yang masih menyenangi kesahatan akal, hendaknya dapat menghentikan budaya buruk tersebut. Ternyata di antara rahasia pintarnya orang-orang Yahudi, mereka sangat peduli dengan kesehatan akal, sehingga mereka secara umum, anti rokok dan alkohol, sekalipun mereka produsen rokok terbesar dan hobi berbuat baik itu, hendaknya mengikuti sistematika yang disebutkan oleh Alquran dalam al-Nisa/436, yaitu kepada orang tua, kerabat dekat, yatim, miskin, tetangga dekat dan jauh, teman sejawat, dan hamba sahaya. Tentu masih banyak lagi yang bisa diuraikan buah dari takwa tersebut, tetapi secara umum dapat dikategorikan pada tiga jenis yang telah disebutkan, yaitu senantiasa berbahagia dan bergembira, malu tidak berbuat baik, senang dan hobi berbuat ceramah Ramadhan yang menyentuh tentang hikmah dari ketakwaan dapat Anda pahami dan resapi untuk memperdalam ilmu agama Anda dan juga meningkatkan keimanan Anda di bulan suci Ramadhan ini. DA
Ceramah Singkat Yang Dikenal oleh HatiFitrah Kebaikan di Dalam HatiSebab Kerusakan HatiMakna Ma’ruf dan MunkarVideo Ceramah Singkat Yang Dikenal oleh Hati Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat yang diberikan-Nya kepada kita yaitu kemudahan untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkan Islam. Serta kemudahan untuk mengusahakan sebab-sebab yang memperbaiki keimanan dan ketakwaan di dalam hati kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia di atas fitrah yang cenderung kepada tauhid, kebenaran, dan kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman; فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah.” QS. Ar-Rum[30] 30 Hanif itu merupakan fitrah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Dia ciptakan manusia di atas fitrah itu. Tidak ada perubahan dalam fitrah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman; وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ “Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus. Kemudian syaithan mendatangi mereka dan memalingkan mereka dari agamanya.” HR. Muslim No. 2865A Fitrah Kebaikan di Dalam Hati Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Keadaan ini merupakan kabar gembira bagi kita. Bahwa secara asal, potensi hati kita lebih dekat dengan mengenal kebenaran, lebih mudah untuk diajak kepada tauhid, dan lebih dekat dengan keimanan yang benar. Sedangkan penyimpangan-penyimpangan itu kemudian datangnya sebagai pendatang baru. Adapun lurus mengikuti agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, cenderung kepada tauhid, ini merupakan asal yang sudah ada potensinya dalam hati kita sejak kita dilahirkan di dunia ini. Makanya, upaya untuk mengembalikan diri kita kepada iman yang benar itu adalah perkara yang mudah. Apalagi dengan petunjuk Islam yang jelas yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan keadaan hati dan fitrah manusia. Ini akan mempermudah keadaan tersebut. Seandainya syaithan tidak menghalangi kita, tidak mengotori hati kita, kita akan mudah mengenal kebenaran. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda; استفت قلبك، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إلَيْهِ النَّفْسُ، وَاطْمَأَنَّ إلَيْهِ الْقَلْبُ، “’Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebajikan itu adalah apa-apa yang menentramkan jiwa dan menenangkan hati,” HR. Ahmad dalam Arba’in An Nawawi hadits ke-27 Ini menggambarkan bahwa hati itu kalau benar, iman itu kalau benar, kebaikan itu bisa kita ambil dari hati. Tinggal bertanya kepada hati. Apa yang tenang, kita lakukan. Lalu apa yang rasanya tentram dan damai, kita kerjakan. Itulah kebaikan. Tapi ini tentu berlaku bagi orang-orang yang imannya benar dan hatinya bersih. Kemudian dari dalil hadits ini, para ulama mengambil kesimpulan. Seperti Imam Ibnu Rajab Al Hanbali dalam kitab Jami’ul Ulum Wal Hikam mengambil kesimpulan bahwa kebenaran itu memang asal yang telah ada pada hati manusia. Sedangkan keburukan dan penyimpangan itu datangnya kemudian/ belakangan. Syaithan menyusupkannya ke dalam hati kita. Sebab Kerusakan Hati Makanya kerusakan hati adalah ketika dia tidak bisa mengenali kebaikan sebagai kebaikan. Dan tidak mengingkari kemunkaran sebagai keburukan. Dalam sebuah atsar, Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala menukil perkataan sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu yang mengatakan; هَلَكَ من لا يكن له قلب يعرف به معروفا و يمكر به منكرا. “Binasalah orang yang tidak punya hati yang dengan hatinya dia bisa mengenali kebaikan sebagai kebaikan dan keburukan sebagai keburukan.” Kitab Ighatsatul Lahfan, 1/20 Oleh karena itu ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Mengenali kebenaran, menerimanya, memahami, dan mudah mengamalkannya adalah asal yang ada pada hati manusia. Keburukan datangnya kemudian. Keburukan yang dibisikkan oleh syaithan merupakan pendatang baru. Maka ini adalah kabar gembira bagi kita. Kalau ingin memperbaiki diri itu mudah. Asal kita belajar pemahaman agama yang benar dan kita dekatkan hati kita dengan keindahan agama. Bacalah Al-Qur’an dengan merenungkan isinya, ucapkan dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan merenungi kandungannya. Maka hati kita akan terbuka kembali kepada fitrah asalnya. Akan mudah menerima hal tersebut, dan akan tenang dengannya. Inilah asal yang ada pada hati manusia. Makna Ma’ruf dan Munkar Oleh karena itulah, ketika Islam mengartikan istilah al-ma’ruf dengan kebaikan. Amar ma’ruf nahi munkar; memerintahkan kepada yang baik dan melarang dari keburukan. Al-ma’ruf secara bahasa artinya adalah yang dikenal. Tapi mengapa kita terjemahkan dengan kebaikan/ memerintahkan kepada kebaikan? Maksudnya dikenal dengan kebaikan adalah dikenal oleh hati. Munkar secara bahasa artinya bukanlah keburukan, tetapi yang asing tidak dikenal. Mengapa kita terjemahkan kemunkaran dengan keburukan? Karena pada asalnya, hati manusia tidak mengenalnya. Makanya Nabi Ibrahim alaihissalam dalam Al-Qur’an ketika datang malaikat yang bertamu ke rumah beliau, beliau mengucapkan; سَلَٰمٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ “Salaamun kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal”QS. Az-Zariyat[51] 25 Munkar di sini bukan berarti kaum yang jelek. Maksudnya kaum yang saya tidak kenal, yang asing bagi saya. Ini artinya munkar secara bahasa. Kita artikan keburukan itu karena memang asalnya hati kita tidak mengenal keburukan. Maka kalau kita ingin kembali kepada Islam, belajarlah Islam yang benar. Di situlah kita dapatkan hati kita akan tenang dan akan hilang semua kegundahan dan kekalutan yang selama ini menimpanya. Maha Benar Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berfirman; الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ “yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” QS. Ar-Ra’d[13] 28 Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mudahkan ini bagi kita semua. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memudahkan bagi kita petunjuk-Nya untuk memperbaiki diri dan kembali kepada keimanan yang benar. Yang merupakan sebab ketenangan dan kedamaian jiwa kita yang sesungguhnya. Video Ceramah Singkat Yang Dikenal oleh Hati Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang ceramah singkat “Yang Dikenal Oleh Hati” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Khutbah I الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhuma, Nabi ﷺ mengingatkan أَلاَ وَإِنَّ فِيْ الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ “Ingatlah bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati jantung.” HR al-Bukhari dan Muslim Hadits ini bisa dimaknai dalam dua sudut pandang. Pertama, secara jasmani. Secara lahiriah, Nabi Muhammad ﷺ berpesan tentang betapa vitalnya fungsi jantung bahasa Arab qalb dalam tubuh manusia. Jantung punya fungsi utama memompa darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Jantung bertugas pula menyalurkan nutrisi ke seluruh tubuh dan membuang sisa metabolisme tubuh. Jantung yang normal adalah pangkal jasmani yang sehat. Sebaliknya, ketika jantung mengalami gangguan, maka terganggu pula kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kedua, secara rohani. Istilah qalb dimaknai sebagai apa yang sering kita sebut dengan “hati”. Hati memang tak kasat mata tapi pengaruhnya kepada setiap gerak-gerik manusia amat menentukan. Ia tempat berpangkalnya niat. Tulus atau tidak, jujur atau pura-pura, lebih sering hanya diketahui oleh Allah dan pemilik hati sendiri. Dalam Islam, hati merupakan sesuatu yang paling pokok. Ibarat jantung, rusaknya hati berarti rusaknya tiap perilaku manusia secara keseluruhan. Maksud dari hadits Rasulullah tentu lebih pada pemaknaan yang kedua ini. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Untuk menjaga agar hati tetap “sehat”, perlu kiranya kita menjawab sebuah pertanyaan apa yang menyebabkan hati rusak? Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Munabbihât ala Istidâdi li Yaumil Mîâd memaparkan penjelasan Imam Hasan al-Bashri bahwa setidaknya ada enam hal yang membuat hati manusia menjadi rusak. Pertama, berbuat dosa dengan berharap kelak ia bisa bertobat. Ia sadar bahwa apa yang dilakukan adalah kedurhakaan, tapi berangan-angan ia bisa menghapus kesalahan-kesalahan kini di kemudian hari. Ini merupakan sebuah kesombongan karena terlalu percaya diri bahwa Allah akan memberinya kesempatan bertobat lalu melimpahinya rahmat. Juga masuk kategori sikap meremehkan karena perbuatan dosa dilakukan bukan karena kebodohan melainkan kesengajaan. Alih-alih tobat bakal datang, bisa jadi justru hati makin gelap, dosa-dosa kian menumpuk, dan kesadaran untuk kembali kepada Allah makin tumpul. Kedua, berilmu tapi tidak mau mengamalkannya. Pepatan bijak mengatakan, al-ilmu bilâ amalin kasy syajari bilâ tsamarin ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. Pengamalan dalam kehidupan sehari-hari dari setiap pengetahuan tentang hal-hal baik adalah tujuan dari ilmu. Hal ini juga menjadi penanda akan keberkahan ilmu. Pengertian “tidak mengamalkan ilmu” bisa dua mendiamkannya hanya sebagai koleksi pengetahuan dalam kepala, atau si pemilik ilmu berbuat yang bertentangan dengan ilmu yang dimiliki. Kondisi ini bisa menyebabkan rusaknya hati. Ketiga, ketika seseorang beramal, ia tidak ikhlas. Setelah ilmu diamalkan, urusan belum sepenuhnya beres. Sebab, manusia masih dihinggapi hawa nafsu dari mana-mana. Ia mungkin saja berbuat baik banyak sekali, namun sia-sia belaka karena tidak ada ketulusan berbuat baik. Ikhlas adalah hal yang cukup berat sebab meniscayakan kerelaan hati meskipun ada yang dikorbankan. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Keempat, memakan rezeki Allah tapi tidak mau bersyukur. Karunia dan syukur merupakan pasangan yang tak bisa dipisahkan. Jika tidak ada kehidupan manusia di dunia ini yang luput dari karunia Allah, maka bersyukur adalah pilihan sikap yang wajib. Orang yang tak mau bersyukur adalah orang yang tidak memahami hakikat rezeki. Jenis anugerah Allah mungkin ia batasi hanya kepada ukuran-ukuran yang bersifat material belaka, misalnya jumlah uang, rumah, jenis makanan, dan lain-lain. Padahal, rezeki telah diterima setiap saat, berupa nikmat bendawi maupun nonbendawi. Mulai dari napas, waktu luang, akal sehat, hingga berbagai kecukupan kebutuhan lainnya seperti makan, tempat tinggal, dan pakaian. Hanya mereka yang sanggup merenungkannya yang akan jauh dari kufur nikmat alias tidak bersyukur. Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul Ibad mengartikan syukur dengan ijrâ’ul adlâ’ fî mardlâtillâh taâlâ wa ijrâ’ul amwâl fîhâ menggunakan anggota badan dan harta benda untuk sesuatu yang mendatangkan ridha Allah. Artinya, selain ucapan “alhamdulillah”, kita dianggap bersyukur bila tingkah laku kita, termasuk dalam penggunaan kekayaan kita, bukan untuk jalan maksiat kepada Allah ﷻ. Perusak hati yang kelima adalah tidak ridha dengan karunia Allah. Pada level ini, orang bukan hanya tidak mau mengucapkan rasa syukur, tapi juga kerap mengeluh, merasa kurang, bahkan dalam bentuknya yang ekstrem melakukan protes kepada Allah. Allah memberikan kadar rezeki pada hambanya sesuai dengan proporsional. Tidak ada hubungan langsung bahwa yang kaya adalah mereka yang paling disayang Allah, sementara yang miskin adalah mereka yang sedang dibenci Allah. Bisa jadi justru apa yang kita sebut “kurang” sebenarnya adalah kondisi yang paling pas agar kita selamat dari tindakan melampaui batas. Betapa banyak orang berlimpah harta namun malah lalai dengan tanggung jawab kehambaannya boros, sombong, berfoya-foya, kikir, tenggelam dalam kesibukan duniawi dan lupa akhirat, dan lain sebagainya. وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ “Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat." QS Asy-Syura 27 Keenam, mengubur orang mati namun tidak mengambil pelajaran darinya. Peristiwa kematian adalah nasihat yang lebih gamblang daripada pidato-pidato dalam panggung ceramah. Ketika ada orang meninggal, kita disajikan fakta yang jelas bahwa kehidupan dunia ini fana. Liang kuburan adalah momen perpisahan kita dengan seluruh kekayaan, jabatan, status sosial, dan popularitas yang pernah dimiliki. Selanjutnya, orang mati akan berhadapan dengan semua pertanggungjawaban atas apa yang ia perbuat selama hidup di dunia. Rasulullah ﷺ bersabda إِنَّ اْلقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَر مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجَ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ “Sungguh liang kubur merupakan awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari siksaan-nya maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari siksaan-nya maka siksaan selanjutnya akan lebih kejam.” HR Tirmidzi بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Alif Budi Luhur
Contoh Ceramah Ramadhan Singkat dan Menyentuh HatiKhutbahDalam kesempatan kali ini saya akan berbicara tentang imsak, tentang menahan diri, yang merupakan salah satu sisi dari Puasa di Bulan manusia ini, mengaktifkan imsak-nya dalam kehidupan, tidak akan ada perkelahian, tidak ada orang yang sombong maupun kecil menjadi takut, menjadi minder, karena manusia banyak yang tidak mau melakukan “imsak”.Mari kita telaah ayat al-quran yang berbicara tentang penciptaan manusia“وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ” 30Artinya Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” QS Al-Baqarah 30Jadi, Allah sudah tahu bahwasannya nanti dunia ini perlu ada khalifah. Ya khalifah itu adalah manusia. Yang menjadi pemimpin yang memakmurkan kehidupan berkata, “Kurang apa pengabdian kami, kurang apa puja-puji kami, Ya Allah… Nusabbihu bihamdika wa nuqaddisu lak, mengapa harus ada khalifah lagi?”Allah mempertegas, innii a’lamau maa laa ta’lamuun. Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kalian perbedaan antara manusia dengan hewan, dengan tumbuh-tumbuhan, dengan alam semesta; langit, bumi, laut, sungai, danau. Ada perbedaan. “Kamu tidak tahu, wahai malaikat.”Di mana perbedaannya? Wa allamal aadama asmaa’a kullaha. Ini makhluk yang bisa diajar. Sedangkan malaikat tidak diajar. Malaikat itu ya’maluuna ma yu’maruun, menjalankan apa yang manusia yang sombong, pinter, kaya, sering kali takabbur dengan kelebihannya. Padahal mereka memiliki yang memiliki harta, tahta, berita, senjata, kereta, dan ta ta lainnya, sombong. Seakan itu yang membuat mereka jaya. itu dibuat lemah. Dan malaikat tahu melihat penciptaan manusia, malaikat tahu bahwa ini adalah mahluk yang tidak betah dengan ujian; khalqun la akhirnya malaikat menyerah, dengan menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang Allah malaikat diminta menonton betapa keunggulan manusia, bisa diuji dan lulus dalam diminta untuk sujudLalu malaikat diminta untuk sujud. Wa idz qulnaa lil malaaikatisjuduu liaadama fasajaduu, Malaikat taat, nurut, tahu diri. Malaikat tahu diri bahwa derajatnya lebih rendah dari banyak manusia yang tidak tahu diri, akhirnya ia tidak mau merendah diri. Disuruh sujud, tidak mau. Disuruh nurut, tidak mau. Itu penyakit iblis. Fasajaduu illa sebabnya iblis tidak mau sujud? Abaa iblis mengatakan “Apa? Sorry deh. Saya kok disuruh sujud.” Iblis berkata Khalaqtanii min naariin, wa khalaqtahu min tiin. “Saya kan diciptakan dari api, sedangkan manusia dari tanah”Maka, takabbur dan abaa ini termasuk sifat-sifat orang orang kafir itu apa? Dia tidak mengakui ketuhanan Allah SWT. Dia dibuat hidup, dikasih nyawa, tapi tidak kalau ada orang ber-takabbur, maka dia orang yang terkena penyakit menyadari bahwasanya manusia adalah makhluk spesial yang diciptakan oleh Allah, maka ada baiknya jika senantiasa melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya dan menjauhi apa yang dilarang Allah agar senantiasa menjadi hamba-hamba yang berbakti dan bersyukur.
ceramah tentang hati manusia