Bicara itu ada seninya ( The Secret Habits To Master Your Art Of Speaking) : Rahasia komunikasi yang efektif karya Oh Su Hyang, seorang dosen sekaligus pakar komunikasi terkenal di Korea Selatan. Sebuah buku yang menarik perhatian saya ketika mencari buku tentang public speaking.
Resume Buku : Berbicara Itu ada Seninya. Ketika komunikasi menjadi hal yang penting untuk bersaing, pakar komunikasi Oh Su Hyang mengeluarkan buku yang sangat berarti. Selain berisi tentang pengalaman pengembangan diri, buku ini juga membahas tentang teknik komunikasi, persuasi, dan negosiasi.
Buku ini juga banyak memberikan kisah-kisah inspiratif dari tokoh-tokoh terkenal.Dalam bukunya penulis tidak hanya memberikan solusi,saran, maupun teori saja tetapi memberika fakta-fakta yang terjadi dilapangan. Adapun kekurangan dari buku ini yang mana banyak menggunakan nama penduduk Korea Selatan yang membuat pembaca kesulitan mengejanya
Adalima hal untuk berbicara dengan logis. 1. Berikan alasan yang tepat untuk argumen anda, 2. Hindari lompatan logika dan melebih-lebihkan, 3. Konsisten dalam bersikap, 4. Gunakan kata kata sederhana dan 5. Tetap tenang. Dengan melakukannya kita akan merasakan ucapan kita dipenuhi dengan logika yang kokoh.
Stigma-stigma ini sudah ada sejak abad ke-19 hingga saat ini. Bahkan negara Amerika yang dikenal sebagai negara bebas pun masih melihat introver sebagai pribadi yang aneh. Terkait #Resensi : #Resensi - Bicara Itu Ada Seninya. Mendengarkan Lebih Banyak Atau Berbicara Lebih Banyak?
Komunikasi Itu ada Seninya. Oh Su Hyang. Bhuana Ilmu Populer, Mar 8, 2021 - Self-Help - 188 pages. Buku ini mencakup soal teknik komunikasi psikologis dalam kehidupan sehari-hari, yakni teknik komunikasi psikologis untuk memulihkan hubungan, membujuk dan mendapatkan respons, berkomunikasi dengan kekasih, untuk membuka dompet orang lain, serta
. Gabung KomunitasYuk gabung komunitas {{forum_name}} dulu supaya bisa kasih cendol, komentar dan hal seru lainnya. Bicara Itu Ada Seninya The Secret Habits To Master Your Art Of Speaking Rahasia komunikasi yang efektif karya Oh Su Hyang, seorang dosen sekaligus pakar komunikasi terkenal di Korea Selatan. Sebuah buku yang menarik perhatian ane ketika mencari buku tentang public speaking. Dalam buku setebal 238 halaman ini kita diajarkan banyak hal pengembangan teknik berkomunikasi, persuasi, dan negoisasi. Ilmu yang diberikan bersumber dari pengalaman pribadi sang penulis dan juga orang-orang sukses yang memiliki komunikasi yang bagus. Tentunya ini sangat cocok buat kamu yang ingin meng-upgrade kemampuan berbicara. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti serta cerita dari pengalaman orang-orang sukses seperti pembawa acara, marketer perusahaan besar, penyiar, hingga presiden yang mampu menggetarkan hati kustomer dan masyarakat luas dengan teknik berkomunikasinya yang baik. Jelas bahwa berbicara itu memang ada seninya dan tidak asal keluar saja dari dalam mulut. Dalam buku ini mengatakan bahwa; "Ucapan seorang juara memiliki daya tarik tersendiri. Ucapan pemandu acara memiliki kemampuan untuk menghidupkan suasana. Anda harus pandai berbicara untuk menunjukkan diri Anda kepada lawan bicara dalam kehidupan sosial. Orang yang berbicara dengan mahir akan menjadi lebih maju daripada yang lainnya. Untuk mencapai tujuan komunikasi, persuasi, dan negosiasi, Anda harus mengetahui metode komunikasi yang efisien". Oh Su Hyang dalam buku ini memberikan semangat agar kita percaya diri dalam berkomunikasi. Bahwasanya memang semua itu tidak ada yang instan. Melalui kisah orang-orang terkenal dan sukses dalam bidangnya masing- masing ia memberikan contoh kepada kita tentang sebuah usaha. Berlatih adalah kunci. Semua orang bisa bernyanyi, tapi belum tentu enak untuk didengarkan oleh orang lain. Makanya ada yang namanya les vokal, kan? Begitu pula dengan berbicara, yang awalnya terbata-bata bisa berbicara dangan baik melalui latihan yang rutin. Satu hal pembelajaran yang ane ambil dari salah satu kutipan dalam buku Bicara Itu Ada Seninya yang berbunyi; "Teknik terpenting dalam berbicara adalah mendengarkan". Ini yang banyak orang belum kuasai. Mereka belajar berbicara dengan teknik yang mumpuni, atau memang memiliki bakat sejak lahir tapi tidak pernah mau mendengarkan lawan bicaranya. Terkesan sangat egois, bukan? Tentunya jika kita berhadapan dengan lawan bicara yang seperti itu pasti sangat mengesalkan sekali. Setelah membaca buku Bicara Itu Ada Seninya membuat ane ingin membaca buku pengembang diri dengan tema komunikasi yang lainnya. Nanti setelah ane selesai membaca akan ane buat resensinya lagi di mari. Oh iya, buku yang ane baca ini yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Asti Ningsih. Diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer dengan tanggal penerbitan 30 April 2018, ISBN 9786024553920, dan Soft Cover. Jika GanSis tertarik untuk membacanya buku ini tersedia di Gramedia dan toko buku kesayangan GanSis baik online maupun offline. Sekian Resensi "Bicara Itu Ada Seninya" Rahasia Komunikasi Yang Efektif. Mohon maaf jika ada kekurangan dalam penulisan dan bahasa karena manusia tidak luput dari kesalahan meskipun sudah berusaha sempurna. 07-05-2020 2101 nona212 dan 14 lainnya memberi reputasi nais gan 07-05-2020 2102 kopinisasi memberi reputasi Kaskus Addict Posts 2,663 baru mau beli, kayaknya bagus. 07-05-2020 2103 kopinisasi memberi reputasi Kaskus Addict Posts 3,183 Hitler latihan pidato yg sanggup menghipnotis 07-05-2020 2104 kopinisasi memberi reputasi Kaskus Maniac Posts 4,583 Berbicara yang komunikatif bukanlah ngomong sendiri, tapi bicara yang mengajak lawan bicara terlibat dalam isi pembicaraan si pembicara. 07-05-2020 2105 kopinisasi memberi reputasi Kaskus Maniac Posts 4,535 QuoteOriginal Posted By latihan pidato yg sanggup menghipnotis Ada artikel tentang ini srii.. Aku mau baca artikel Hitler yg kau sampaikan itu.. QuoteOriginal Posted By yang komunikatif bukanlah ngomong sendiri, tapi bicara yang mengajak lawan bicara terlibat dalam isi pembicaraan si pembicara. Super sekali srii.. 07-05-2020 2351 Kaskus Addict Posts 2,012 kalo bicara punya seni, harusnya ngetik juga ada seninya, ya jari sama jahatnya dengan mulut apalagi kalo ngetik tanpa dipikir yang bisa bikin perpecahan atau bahkan mencemarkan seseorang 31-05-2020 2152
Buku yang memiliki judul asli “BICARA ITU ADA SENINYA” ini merupakan karya dari seorang dosen dan pakar komunikasi terkenal Korea Selatan, Oh Su Hyang. Ia telah melanglang buana dalam bidang komunikasi. Berawal dari dirinya yang hidup serba kekurangan di masa kecil. Ia mengisahkan bahwa dirinya terlahir dari keluarga yang kurang mampu dan memiliki rumah di pinggir rel kereta api. Semasa kecil, ia tak memiliki sebuah impian. Ia merasa tidak ada yang menarik dan istimewa dari dirinya. Hinga pada suatu hari semasa ia duduk di bangku SMA, guru di kelas memujinya karena ternyata ia memiliki pelafalan dan teknik yang baik dalam membaca. Pujian gurunya itulah yang menjadi lecutan bagi dirinya untuk terus fokus menyelami dunia public speaking. Ia kemudian terjun menjadi pembawa acara siaran televisi lokal ketika masih di bangku SMA. Kemudian terus berlanjut hingga kini ia telah menjadi seorang public speaker, penyiar, dosen, speaking tutor, hingga penulis. Kesuksesannya bukan sekadar buah dari bakat yang ia miliki. Ia berlatih dan terus berusaha untuk dapat layak menyandang gelar pakar komunikasi saat ini. Buku ini diawali dengan testimoni dari enam tokoh di Korea Selatan, diantaranya adalah dosen tamu di Seoul Art University, Bae Han Seon dan pemandu acara, penyiar, pembawa acara Lee Taek Rim’s Pleasant Evening Stroll in KBS Radio, Lee Taek Rim. Kemudian dilanjutkan dengan prolog yang berjudul “Membuka Peluang Kesempatan dengan Kebiasaan Bicara”. Dalam prolog ini, Oh Su Hyang menegaskan bahwa apabila di bidang musik ada orang yang “buta nada”, di dalam aktivitas bicara pun ada orang yang “buta ucapan”. Mereka adalah orang yang merusak suasana dengan ucapan yang tidak sesuai dengan tempatnya. Kebanyakan orang tidak mengetahui bagaimana metode komunikasi yang efisien untuk mencapai tujuan komunikasi, persuasi, dan negosiasi. Menurutnya, siapapun bisa meningkatkan kemampuannya asalkan mau berusaha. Dengan keyakinan inilah, ia menulis buku yang berisi kumpulan metode berbicara ini. Buku yang memiliki tebal 238 halaman ini terdiri atas lima bab. Bab pertama berjudul “Perbedaan Juara 1 dan Juara 2 Terletak Pada Ucapannya”. Pada bab ini Oh Su Hyang memberikan penjelasan mengenai kesan pertama yang diciptakan seseorang terhadap orang yang baru ditemui itu berawal dari ucapan. Kemudian, dipaparkan bagaimana teknik seorang pelamar pekerjaan untuk dapat melakukan story telling ketika memperkenalkan diri pada saat wawancara kerja hingga penjelasan mengenai penyebab seseorang takut berbicara di depan umum. Bab ini ditutup dengan bagian Berbicara Seakan Sudah Terwujud’, di dalamnya Oh Su Hyang menyatakan “Berbicaralah dengan antusias dan bertingkah seolah Anda telah sukses . Mulai sekarang, berbicara sambil membayangkan bahwa Anda akan segera sukses, maka tak lama lagi impian Anda akan terwujud.” Selanjutnya, ada bab kedua yang berjudul “Pintar Mendengar, Pandai berbicara”. Pada bab ini, Oh Su Hyang memberikan rumus terapi komunikasi agar dapat berkomunikasi dengan baik, yaitu C = Q × P × R. C’ untuk communication atau komunikasi. Ada tiga hal untuk memenuhinya yaitu, Q’ untuk question atau pertanyaan, P’ untuk praise atau pujian, dan R’ untuk reaction atau reaksi. Selain itu, terdapat penjelasan juga bahwa obrolan yang baik itu diukur berdasarkan kualitas bukan kuantitas. Kemudian, dijelaskan pula teknik membujuk paling ampuh, negosiasi untuk memperoleh keinginan, serta inti dari perdebatan ialah mendengarkan lawan bicara. Kemudian, dilanjutkan dengan bab ketiga yang berjudul “Ucapan yang Membuat Lawan Bicara Memihak Kita”. Di bab ini kita akan diberi penjelasan mengenai suksesnya sebuah produk karena satu kata kunci. Contohnya, iklan Chocopie. Chocopie telah lama menjadi camilan rakyat Korea sejak akhir tahun 70-an. Produk ini dapat bertahan hingga saat ini karena produsen mengemas produk mereka dengan kata kunci “perasaan”. Dengan konsep “perasaan” yang familier dengan rakyat Korea menjadikan produk ini terus dilirik konsumen untuk menyampaikan perasaan mereka pada orang-orang di sekitarnya. Selain itu, bab ini juga membahas bagaimana seorang produsen dapat menetapkan nilai produk dengan baik supaya dapat bertahan menghadapi persaingan pasar. Selanjutnya, ada bab keempat yang berjudul “Beratnya Ucapan Ditentukan oleh Dalamnya Isi”. Bab ini diawali dengan kutipan kata-kata mutiara “Long Learn for Long-Run”. Kemudian, Oh Su Hyang memberikan contoh melalui kisah hidup pembawa acara terkenal Korea Selatan, Yoo Jae Suk. Sebelum mampu memukau mata banyak penonton dengan kelihaian dalam membawakan beragam program hiburan, Yoo Jae Suk pernah menjadi seorang reporter untuk acara Entertainment Weekly, Ia yang masih berusia 20-an berkali-kali gagap karena saking gugupnya ketika siaran berlangsung. Sehingga hal ini membuatnya di keluarkan dari acara tersebut. Melalui kisah Yoo Jae Suk ini, Oh Su Hyang menyadarkan pembaca bahwa semua orang memiliki titik start yang sama dalam hal bicara komunikatif. Kemampuan berbicara bukanlah bawaan lahir. Di bab ini pula diberikan sepuluh aturan komunikasi sukses ala Yoo Jae Suk. Kemudian di jelaskan pula bahwa komunikasi yang baik itu berisi perkataan yang jujur dan tidak dilebih-lebihkan. Bab ini diakhiri dengan bagian Membuat yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin’, didalamnya Oh Su Hyang menyatakan “Apakah Anda sedang merencanakan hal besar? Maka jangan lupa sisipkan semangat yang besar dalam ucapan Anda. Semangat itu akan menyebar ke sekitar Anda dan akan membantu Anda melangkah maju. Suara, lafal, gesture, dan konten. Semua memiliki peranan penting dalam berbicara. Namun, semangat adalah mantra terbaik untuk mewujudkan masa depan yang Anda impikan.” Bab kelima sekaligus bab terakhir dari buku ini berjudul “Suara Bagus Bukan Bawaan dari Lahir”. Pada bab ini, disajikan teknik-teknik mengolah suara berdasarkan pengalaman Oh Su Hyang yang terdiri dari vokalisasi, melenturkan organ artikulasi, dan bernapas ala Choi Bool Am. Kemudian, diberikan kisah-kisah inspiratif dari tokoh publik Korea Selatan yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mulai dari aktor Song Joong Ki hingga pembawa acara kondang Lee Geum Hee dan solois Korea Selatan Sung Si Kyung. Buku yang pertama kali diterbitkan tahun 2016 ini memiliki beberapa keunggulan. Misalnya, cover buku ini terlihat elegan dengan soft cover-nya yang memiliki background motif jeans yang khas. Selain itu, setiap bab pada buku ini diawali dengan kutipan kata-kata mutiara, seperti “Berbicaralah layaknya seorang pemimpi, maka mimpimu akan menjadi nyata” pada bab pertama dan “Long Learn for Long-Run” pada bab keempat. Kemudian, dari segi konten buku ini selalu mengadirkan kisah tokoh-tokoh terkemuka inspiratif dalam bidang komunikasi sehingga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca yang ingin mengasah kemampuan komunikasinya. Ditambah lagi, Oh Su Hyang selalu memberikan contoh realistis setiap penjelasannya dengan menghadirkan kisah-kisah para client-nya yang mengalami berbagai permasalahan dalam hal komunikasi. Dibalik keunggulannya, buku ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam buku ini kebanyakan merupakan tokoh-tokoh publik Korea Selatan sehingga bagi pembaca yang berasal dari Indonesia terasa kurang familier. Kedua, buku ini lebih banyak memberikan porsi penjelasan pada teknik-teknik komunikasi dalam hal marketing. Sehingga, ada beberapa bagian yang diberikan penjelasan tidak sedetail lainnya. Ketiga, karena buku ini terjemahan dari bahasa Korea, ejaan yang diberikan terkadang membuat pembaca yang berasal dari Indonesia kurang familier. Terlepas dari itu semua, buku ini cukup menarik untuk dibaca. Saya rekomendasikan buku ini untuk kalian semua yang ingin mengenal dunia komunikasi, baik itu dari kalangan mahasiswa, pelamar pekerjaan, dan kalangan lainnya yang membutuhkan teknik komunikasi yang baik. Penulis, Sebjun Parulian Nadeak Editor, PRT PMKRI Cab. Palangka Raya
resensi buku bicara itu ada seninya